Bisnis
angkasa di Indonesia bak madu yang tengah dikerubungi sejumlah
perusahaan penerbangan lokal dan internasional. Ratusan unit pesawat
dari pabrikan raksasa, Boeing dan Airbus, bakal mengarungi angksasa
Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Kabar terakhir, bisnis
penerbangan domestik makin disesaki dengan kehadiran anggota baru. Nam
Air, anak usaha milik Sriwijaya Air yang ingin mencicipi sedikit ceruk
untung dari bisnis berbiaya mahal ini.
Lompatan besar bisnis
penerbangan nasional yang terjadi saat ini, tak muncul begitu saja. Uang
miliaran serta hilangnya nyawa menjadi awan kelam yang menyelimuti
bisnis ini.
Sayang, sisi gelap industri penerbangan nasional
belum sepenuhnya menghilang. Uni Eropa masih mengenakan larangan terbang
bagi pesawat-pesawat komersial dari Indonesia. Status yang tak
mengenakan hati tentunya.
Ketatnya persaingan bisnis mau tak mau
memang memicu seleksi alam maskapai penerbangan nasional. Sejumlah
maskapai telah menjadi korban. Lalu, siapa saja maskapai yang akhirnya
harus rela menutup bisnisnya? Berikut paparan yang akan kami sajikan
dalam artikel berseri sepekan ini.
Bisnis antara politisi dan pengusahaBerdiri
2002 dan mulai mengudara 2003, Adam Air pernah menjadi perusahaan
penerbangan murah dengan pertumbuhan bisnis paling cepat. Hanya dalam 7
tahun, Adam Air mampu meningkatkan jumlah penumpang dari 5 juta menjadi
25 juta orang.
Perusahaan bernama lengkap Adam PT SkyConnection
Airlines ini didirikan pada 22 November 2002 oleh mantan anggota DPR
Agung Laksono dan mitranya Sandra Ang sehingga perusahaan ini terbentuk
dari kongsi antara politisi dan pengusaha. Pada awal berdirinya, Adam
Air dikenal sebagai perusahaan keluarga.
Dari laporan
Asian Times,
terungkap, Putra Agung Laksono, David Laksono, pernah mengabdi sebagai
Vice Presiden pada masa-masa awal berdirinya perusahaan. David
selanjutnya membaktikan diri sebagai direksi.
Sementara, putra
Sandra Ang, yaitu Adhitya Suherman dan Gunawan Suherman masing-masing
menjabat presiden direktur dan chief executif officer. Sedangkan Yudhi
Suherman bertindak selaku chief commercial officer.
Adam Air Pernah Jadi yang Terbaik Di
tahun-tahun pertamanya, Adam Air memang menunjukan diri sebagai
maskapai penerbangan murah di Indonesia. Kinerja yang gemilang itu
membuat Center for Asia Pasific Aviation yang berbasis di Sydney,
Australia memberikan apresiasi tinggi. Adam Air diprediksi sanggup
mengangkut 50 juta orang pada 10 tahun pertamanya. Tampaknya langit
menjadi batas buat perusahaan untuk meraup untung.
Tahun pertama
mengangkasa, Adam Air hanya mengandalkan dua pesawat jenis Boeing 737
yang dipinjamnya dari GE Capital Aviation Service. Dengan promosi
besar-besaran di awal kemunculannya, Adam Air menawarkan masyarakat
penerbangan dengan pesawat terbaru. Nyatanya, Boeing 737 yang
digunakannya ternyata telah berumur 15 tahun.
Kinerja Adam Air
yang berlari kencang memang berbuah hasil positif. Asia Pacific and
Middle East Aviation Outlook Summit sempat menobatkan Adam Air sebagai
Low Cost Airline of the Year di Singapura pada November 2006.
Bermodal
kepercayaan dan kinerjanya tersebut, Adam Air makin percaya diri
melebarkan bisnisnya ke kawasan regional. Manajemen telah menyusun
strategi besar dengan mengembangkan rute penerbangan ke kawasan regional
ke Kuala Lumpur, Bangkok dan Perth.
Meski banyak aroma tak sedap
menghampiri Adam Air, bisnis perusahaan justru melesat pesat. Ditunjang
pertumbuhan industri penerbangan di tanah air, sejumlah investor kakap
dunia tak ragu menjalin kerjasama dengan Adam Air.
Keluarga Ang diketahui pernah menjalin kerjasama dengan sejumlah maskapai penerbangan internasional seperti Qantas Airways Ltd.
Bahkan,
perusahaan pengelola dana asal Amerika Serikat, dikabarkan pernah
berusaha mengambil alih Adam Air namun ditolak mentah-mentah oleh
keluarga Ang. Pihak Ang menyatakan ingin tetap mengendalikan perusahaan.
Tawaran akuisisi ditolak, Adam Air pernah mewacanakan rencana
pencatatan saham perusahaan di bursa saham Singapura. Langkah besar yang
digadang bakal mendatangkan dana besar untuk pembelian pesawat baru
serta mengangkat prestise perusahaan di mata internasional.
Kecelakaan Misterius Menenggelamkan Adam AirSenin,
1 Januari 2007, jadi hari paling nahas bagi Adam Air. Pesawat Boeing
737-4Q8 hilang tak berjejak. Pesawat membawa 96 penumpang dan 6 orang
awak pesawat. Kendati koordinat pesawat nahas sudah diketahui, korban
tak bisa diangkat.
Kecelakaan dengan jumlah korban terbanyak
dalam beberapa tahun ini, jelas mencoreng muka Boeing. Apalagi,
kecelakaan menimpa Adam Air yang sebelumnya didaulat menjadi maskapai
penerbangan berbiaya murah paling populer.
Berbagai isu-isu
miring pun bermunculan. Para pilot yang selama ini menjadi garda
terdepan perusahaan membuka aib Adam Air sebagai maskapai penerbangan
yang mengutamakan keuntungan dibandingkan keselamatan.
Tercatat
20 orang pilot yang pernah bekerja di Adam Air memutuskan mengundurkan
diri dengan alasan faktor keselamatan. Padahal para pilot tersebut baru
bekerja kurang dari satu bulan.
Faktor keselamatan Adam Air
memang sudah banyak menjadi pembicaraan publik. Manajemen dikabarkan
pernah menyuap sejumlah pilot untuk menerbangkan pesawat yang diketahui
tak aman. Sejumlah masalah keselamatan lain juga bermunculan mulai dari
kerusakan gagang pintu yang rusak selama berbulan-bulan, mengganti suku
cadang dari pesawan lain, menerbangkan pesawat yang sudah melewati batas
jam terbang pilot, serta menerbangkan pesawat dengan jendela yang
rusak.
"Setiap kali Anda akan menerbangkan pesawat, Anda harus
bertengkar hebat dengan staf di lapangan dan manajemen terkait regulasi
yang dilanggar," kata sejumlah pilot seperti dikutip
Associated Press.
Kena Hukuman dari pemerintahMencuatnya
berbagai pelanggaran yang terjadi membuat otoritas berwenang yaitu
Kementerian Perhubungan, turun tangan. Pada 16 Maret 2007, pemerintah
mengumumkan akan menghentikan sementara sejumlah maskapai penerbangan.
Meski belum merilis nama-nama maskapai, publik langsung menunjuk hidung
Adam Air sebagai salah satu maskapai yang terkena hukuman tersebut.
Dugaan
publik pun tepat. Pada 22 Maret 2007, otoritas terkait akhirnya
mengumumkan tujuh maskapai penerbangan yang dilarang terbang selama tiga
bulan sebelum bisa menunjukkan perbaikan dalam standarisasi
keselamatan. Selain Adam Air, maskapai yang terkena hukuman serupa
adalah Batavia Air, Transwisata Prima Aviation, Tri-MG Intra Asia
Airlines, Manunggal Air Services, Jatayu Airlines dan Kartika Airlines.
Adam
Air akhirnya mampu lolos dari hukuman pertamanya ini. Perusahaaan
berhasil meningkatkan mutu standar keselamatannya ke level
middle tier.
Imbasnya, Adam Air harus mengurangi frekuensi penerbangan dan hanya
memiliki dua bandara keberangkatan yaitu Jakarta dan Surabaya.
Selamat tinggal Adam Air yang penuh misteriPada
16 Maret 2009, pemerintah Indonesia kembali mengultimatum Adam Air
terkait keberlangsungan bisnisnya. Hal ini terkait dengan penarikan
separuh porsi saham perusahaan oleh investor. Beberapa hari kemudian,
bos Adam Air mengumumkan telah mengandangkan lebih dari separuh
armadanya karena gagal bayar.
Terpaan prahara yang melanda Adam
Air mencapai puncaknya ketika salah satu pesawat mengalami kecelakaan di
Batam. Kegagalan mendarat Boeing 737 di Bandara Batam membuat
pemerintah bertindak lebih tegas, mencabut Air Operator Certificate bagi
Adam Air. Pemerintah juga menginstruksikan Adam air menunjukan upaya
perbaikan faktor keselamatan.
Tepat pada 18 Juni 2008, karier
Adam Air, maskapai murah yang pernah menjadi terbaik di Indonesia,
akhirnya berakhir. Pemerintah mencabut AOC Adam Air sekaligus larang
terbang secara permanen dan sejak itu tidak ada lagi Adam Air di
Indonesia.
Dan tentu saja tutupnya Adam Air masih menyisakan
misteri atas kecelakaan fatal pada 1 Januari 2007 karena hingga kini tak
ada satu pun korban yang bisa ditemukan. Korban dan pesawat hilang di
lautan Sulawesi.